SEJARAH FORENSIK
Banyak orang percaya
bahwa Lahirnya ilmu forensik berawal dari munculnya tokoh fiktif dalam sebuah
novel Sherlock Holmes yang ditulis oleh Arthur Conan Doyle dan sekaligus orang
percaya bahwa Arthur Conan Doyle-lah orang yang pertama mempopulerkan
ilmu forensik, sebuah hasil riset di Scarlet, dan novel tersebut telah
diterbitkan pada tahun 1887.
Sejarah mencatat
Sampai abad ke-19, diawali dengan kejadian bahwa sebagian besar racun yang
tidak terdeteksi, sehing para pelaku yang menebarkan racun alias peracun
biasanya lolos dari jeratan hukum. Anggota keluarga atau tetangga atu orang
terdekat mungkin menjadi tersangka jika istri tidak dicintai atau suami atau
orang tua yang kaya tiba-tiba mati, dikarenakan tidak ada yang bisa membuktikan
bahwa orang tersebut telah diracuni. Akibatnya, ahli sejarah mengatakan,
keracunan terus terjadi hingga tersebar luas di beberapa tempat dan waktu,
seperti di Italia dan Perancis pada akhir tahun 1600-an.
Namun sejarah telah
mencatat bahwa sebelumnya sekitar tahun 1887, ilmu forensik telah berkembang
dengan lahirnya tokoh forensik bernama Mathieu Orfila (1787-1853) beliau lahir
di Spanyol ia belajar divalencia madrid dan pada tahun 19811 berhasil mendapatkan
gelar medisnya kemudian akhirnya menetap di Perancis sampai beliau berhasil
dengan mengembangkan ilmu forensiknya sehingga dijuluki dengan Bapak
Toksikologi Forensik dan pada tahun 1814 ilmuwan asal spayol tersebut berhasil menerbitkan
sebuah risalah pada deteksi racun.
Namun Perkembangan
ilmu forensik tidak berhenti sampai disini bahkan mengalami perkembangan dan
jauh lebih berkembang dengan lahirnya Alphonse Bertillon (1853-1914) yang
merupakan ilmuwan asal perancis, pada tahun 1879 ilmuwan asal perancis tersebut
diklaim sebagai salah satu ilmuwan yang pertama yang merancang Sistem ID Orang
dengan menggunakan serangkaian ukuran tubuh seseorang, Sistem ID pertama
dirancang sebagai alat untuk mengolah Tempat Kejadian Perkara (TKP) dan sampai
sekarang alat tersebut masih digunakan dan bermanfaat dalam membantu mengungkap
tindakan kejahatan. atau dikenal dengan Anthropometry Antropometri (dari Bahasa Yunani άνθρωπος yang berati
manusia and μέτρον yang berarti mengukur, secara literal berarti “pengukuran
manusia“), dalam antropologi fisik merujuk
pada pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia. Atau
Sistem Bertillion mengandalkan rinci deskripsi dan pengukuran subjek;
pengukuran Eleven yang diperlukan.Ini termasuk tinggi, mencapai, lebar kepala,
dan panjang kaki.
Pekerjaan
polisi,
hakim, detektif, dan tim investigasi atau tim forensik lainnya akan jauh
lebih mudah jika penjahat
meninggalkan pengakuan yang ditandatangani pada adegan kejahatan mereka,
tentu itu jarang terjadi, tapi penjahat sering meninggalkan sebuah
jejak
“tanda tangan” dalam bentuk sidik jari. Tidak ada dua orang, bahkan
tidak pula kembar identik, atau pernah terbukti memiliki pola yang sama, dengan
garis lengkung pada ujung jari mereka yang sama persis.
Pada akhir abad
ke-19, serangkaian pejabat administrasi Inggris dan ilmuwan menunjukkan
bagaimana sidik jari dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang dan
memecahkan kejahatan. dan sejak zaman kuno orang-orang telah mengatakan bahwa
sidik jari memiliki keunikan. Sidik jari digunakan Cina sebagai tanda
tangan pada kontrak sekitar 2.000 tahun yang lalu. Pada 1788, seorang ilmuwan
Jerman, JC Mayer, mengakui dan menulis dalam sebuah buku teks anatomi, “susunan
pegunungan kulit [dengan jari] tidak pernah dapat diduplikasi oleh dua orang.”
Profesor anatomi Ceko Jan Evangelista Purkyne membagi sidik jari menjadi
sembilan jenis dalam sebuah buku tentang kulit yang diterbitkan pada tahun
1823. ini menunjukan bahwa para peneliti awal dan peneliti lainnya sebahagian
besar telah melihat perbedaan sidik jari sebagai keingintahuan ilmiah.
Pada tahun 1892
ilmuwan asal inggris Francis Galton lahir di Sparbrook (1822-1911), berasal
dari keluarga yang terkenal kaya dan termasuk dari keluarga para ilmuwan dia
memiliki sepupu Charles Darwin dengan Terori Evolusinya melalui Seleksi Alamnya
yang penuh dengan kontroversial memicu badai pertentangan dikarenakan
bertentangan dengan keyakinan agama seseorang.Galton ingin menemukan
tanda-tanda fisik yang diwariskan bersama dengan karakteristik mental
tertentu dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi orang dengan
sifat-sifat. Dia mulai belajar antropometri pada tahun 1884, mengukur
karakteristik fisik dan kekuatan (seperti pegangan kekuatan dan ketajaman
penglihatan) dari ribuan sukarelawan. Di akhir 1880-an, Galton mulai berpikir
bahwa sidik jari sebagai karakteristik fisik.
Selama empat tahun ke
depan, Galton mempelajari sidik jari dengan cara yang lebih sistematis dan
ilmiah dari apa yang telah dilakukan peneliti sebelumnya seperti Faulds atau
Herschel. Dia mengumpulkan koleksi sidik jari secara mandiri, yang akhirnya
terkumpul sekitar 8.000 set cetakan sidik jari. Dia menegaskan kesimpulan
Herschel bahwa pola sidik jari tidak berubah seiring dengan usia dan
memperkirakan bahwa kemungkinan dua atau secara keseluruhan sidik jari
diantaranya harus sama. Galton menjelaskan melalui penelitian dan sietem
klasifikasi dalam sebuah buku berjudul “Finger Prints”, yang diterbitkan
pada tahun 1892, Ia mengklaim bahwa sidik jari diklasifikasikan berdasarkan
sistemnya dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi tidak hanya penjahat, akan
tetapi juga dapat merekrut militer, orang hilang, dan bahkan wisatawan. Dia
juga mengakui bahwa, bagaimanapun, ia telah gagal untuk mencapai tujuan aslinya
yakni menghubungkan pola sidik jari untuk ras tertentu atau dengan
karakteristik fisik dan mental.
Kemudian Seorang
ilmuwan asal Austria yang bermigrasi ke Amerika Serikat bernama Karl
Landsteiner (1868-1943), ia memperoleh gelar medis dari University of Vienna
pada tahun 1891. Ia memutuskan untuk melakukan penelitian ilmiah dari pada
menobati para pasien. Setelah lima tahun belajar tambahan di berbagai perguruan
tinggi, ia mulai bekerja di Wina patologis Institute pada tahun 1898. (Patologi
merupakan studi tentang bagian-bagian tubuh yang sakit). Pada tahun 1901
mengatakan bahwa darah manusia Ditemukan dan bisa dikelompokkan ke dalam
kategori yang berbeda yakni (A, B, AB dan O) pada 1930 ilmuwan asal
autria tersebut memenangkan Hadiah Nobel dan pada tahun 1940 ilmuwan tersebut
berhasil membantu untuk menemukan faktor Rh dalam darah manusia yang sekarang
di sebut golongan darah; yakni pengklasifikasian darah dari suatu individu
berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen warisan pada permukaan membran sel darah merah. Hal ini disebabkan karena
adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah tersebut. Dua jenis penggolongan darah yang paling penting adalah
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).
Jean-Alexandre-Eugène
Lacassagne adalah seorang dokter militer dan ahli bedah di Afrika Utara dan
memiliki banyak kesempatan untuk belajar kekerasan dalam karir pertamanya.
Lahir pada 1843 di Cahors, sebuah kota Perancis di dekat kaki Pyrenees. Ia
menjadi tertarik pada yurisprudensi medis (kedokteran forensik) saat bertugas
di Tunis dan Aljazair. Ia belajar luka tembak dan menulis sebuah makalah
tentang menggunakan tato untuk identifikasi. Pada tahun yang sama 1878, ia
menulis buku tentang kedokteran forensik, ikhtisar de Medicine Hukum (Ringkasan
kedokteran forensik), yang membuat reputasinya di lapangan. Karena itu, University
of Lyon mengundangnya untuk menjadi seorang profesor yurisprudensi medis.
Selama tahun 1880-an, Lacassagne menghabiskan banyak waktu di kamar mayat,ia
mempelajari bagaimana cara tubuh manusia berubah setelah kematian Dia
mencatat berapa lama setiap perubahan terjadi setelah kematian.
Pada 1890-an,
Lacassagne meeksplorasi bidang lain yang akan menjadi bagian standar dari ilmu
forensik. Dia adalah orang pertama yang dikenal sebagai seorang analisis
terhadap bentuk dan pola tetes darah berceceran di TKP. Ia juga melakukan
pemeriksaan rinci terhadap psikologis Joseph Vacher, yang didakwa telah
memperkosa dan membunuh sedikitnya 11 anak muda di barat daya Prancis. Vacher
menunjukkan adanya tanda-tanda kegilaan, tapi setelah mewawancarai pembunuh
selama lima bulan terakhir pada tahun 1897, Lacassagne menyimpulkan bahwa
Vacher hanya berpura-pura menjadi sakit mental, mungkin dengan berpura-pura
sakit mental adanya harapan pengurangan hukuman. Studi Lacassagne yang dianggap
sebagai profil psikologis pertama yang mendalam dari seorang sebagai pembunuh
berantai. Vacher dihukum karena telah mealkukan salah satu pembunuhan pada
bulan Oktober 1898 dan Vacher dieksekusi atas tindakannya tersebut dua bulan
kemudian.
Beberapa
Bidang Ilmu Forensik :
o Criminalistics
Adalah bidang ilmu forensik yang menganalisa dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan bukti-bukti biologis,
bukti jejak, bukti cetakan (seperti sidik jari, jejak sepatu, dan jejak ban
mobil), controlled substances (zat-zat kimia yang dilarang oleh pemerintah
karena bisa menimbulkan potensi penyalahgunaan atau ketagihan), ilmu balistik
(pemeriksaan senjata api) dan bukti-bukti lainnya yang ditemukan pada TKP.
Biasanya, bukti-bukti tersebut diproses didalam sebuah laboratorium (crime lab.
o Forensic
Antropology
Adalah cabang ilmu forensik yang menerapkan ilmu
antropologi fisik (yang mana dalam arti khusus adalah bagian dari ilmu
antropologi yang mencoba menelusuri pengertian tentang sejarah terjadinya
beraneka ragam manusia dipandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya) dan juga
menerapkan ilmu osteologi (yang merupakan ilmu anatomi dalam bidang kedokteran
yang mempelajari tentang struktur dan bentuk tulang khususnya anatomi tulang
manusia) dalam menganalisa dan melakukan pengenalan terhadap bukti-bukti yang
ada (contoh penerapan dari ilmu forensik ini adalah misalnya melakukan
pengenalan terhadap tubuh mayat yang sudah membusuk, terbakar, dimutilasi atau
yang sudah tidak dapat dikenali
o Digital
Forensic yang juga dikenal dengan nama computer Forensic.
Adalah salah satu bidang baru ilmu forensik yang
melakukan penerapan dan teknik-teknik analitis dan investigatif untuk
mengindentifikasi, mengumpulkan, dan melindungi (preserve) bukti atau informasi
digital.
o Forensic
Enthomology
Adalah ilmu Forensik yang menerapkan aplikasi bidang
ilmu serangga untuk kepentingan hal-hal kriminal terutama yang berkaitan dengan
kasus kematian. Entomologi forensik mengevaluasi aktifitas serangga dengan
berbagai teknik untuk membantu memperkirakan saat kematian dan menentukan
apakah jaringan tubuh atau mayat telah dipindah dari suatu lokasi ke lokasi
lain. Entomologi tidak hanya bergelut dengan biologi dan histologi artropoda,
namun saat ini entomologi dalam metode-metodenya juga menggeluti ilmu lain
seperti kimia dan genetika. Dengan penggunaan pemeriksaan dan pengidentifikasi
DNA pada tubuh serangga dalam entomologi forensik, maka kemungkinan deteksi
akan semakin besar seperti akan memungkinkan untuk mengidentifikasi jaringan
tubuh atau mayat seseorang melalui serangga yang ditemukan pada tempat kejadian
perkara.
o Forensic
Archaelogy
Adalah ilmu forensik yang merupakan aplikasi dari
prinsip-prinsip arkeologi, teknik-teknik dan juga metodologi-metodologi yang
legal / sah. Arkeolog biasanya dipekerjakan oleh polisi atau lembaga-lembaga
hukum yang ada untuk membantu menemukan,menggali bukti-bukti yang sudah
terkubur pada tempat kejadian perkara.
o Forensic
Geology
Adalah ilmu yang mempelajari bumi dan menghubungkannya
dengan ilmu kriminologi. Melalui analisis tanah, batuan, forensik geologist
dapat menentukan dimana kejahatan terjadi. Contoh kasus : beton dari sebuah
tempat yang diduga diledakkan kemudian mengalami kebakaran akan memiliki ciri
fisik yang berbeda dengan beton yang hanya terbakar saja tanpa adanya ledakan.
Ledakan sebuah bom, misalnya mungkin akan memiliki perbedaan dengan ledakan
dynamit. Secara “naluri” seorang forensik geologist akan mengetahui dengan
perbedaan bahwa batuan yang ditelitinya mengalami sebuah proses diawali dengan
hentakan dan pemanasan. Atau hanya sekedar pemanasan.
o Forensic
Pathology
Adalah ilmu forensik yang berkaitan dengan mencari
penyebab kematian berdasarkan pemeriksaan pada mayat (otopsi). Ahli patologi
secara khusus memusatkan perhatian pada posisi jenazah korban, bekas-bekas luka
yang tampak, dan setiap bukti material yang terdapat di sekitar korban, atau
segala sesuatu yang mungkin bisa memberikan petunjuk awal mengenai waktu dan
sebab-sebab kematian.
o Forensic
Psychiatry dan Psychology
Adalah ilmu forensik yang menyangkut keadaan mental
tersangka atau para pihak dalam perkara perdata. Ilmu forensik sangat
dibutuhkan jika di dalam suatu kasus kita menemukan orang yang pura-pura sakit,
anti sosial, pemerkosa, pembunuh, dan masalah yang menyangkut seksual lainnya
seperti homoseksual, waria, operasi ganti kelamin, pedofilia, dan maniak.
o Forensic
Taxicology
Adalah ilmu Forensik yang penerapannya melalui
penggunaan ilmu toksikologi dan ilmu-ilmu lainnya sepertti analis kimia, ilmu
farmasi dan kimia klinis untuk membantu penyelidikan terhadap kasus kematian,
keracunan, dan penggunaan obat-obat terlarang. Fokus utama pada forensil
toksikologi bukan pada hasil dari investigasi toksikologi itu sendiri,
melainkan teknologi atau teknik-teknik yang digunakan untuk mendapakan dan memperkirakan
hasil tersebut.
Sumber :
https://destyantoro.wordpress.com/2014/12/10/ilmu-forensik-kaitannya-dengan-akuntansi-forensik/
http://thejavanomadspost.com/tag/forensik/
http://www.itsgov.com/become-digital-forensic-scientist-school-salary.html
http://www.washingtonpost.com/news/the-watch/wp/2015/04/21/a-brief-history-of-forensics/
http://www.nlm.nih.gov/visibleproofs/
http://www.nlm.nih.gov/visibleproofs/exhibition/rise.html